Materialisme adalah paham filsafat yang meyakini bahwa
esensi kenyataan di dalamnya termasuk esensi manusia bersifat material atau
fisik. Ciri utama dari kenyataan fisik atau material adalah bahwa ia menempati
ruang dan waktu, memiliki keluasan, dan bersifat objektif. Materialis percaya
bahwa tidak ada kekuatan apapun yang bersifat spiritual di balik gejala atau
peristiwa yang bersifat material itu. Aliran materialis ini termasuk dalam
aliran atheis atau tidak mengenal Tuhan. Dalam aliran ini pada
dasarnya sama dengan aliran empirisme dalam filsafat, yaitu semua bentuk
pengetahuan didasarkan dari pengalaman dan panca indera.
Dalam aliran materialisme, penjelasan tentang gejala yang
belum diketahui tidak perlu dicari dalam dunia spiritual, karena menurutnya tidak
ada dunia spiritual. Penjelasan tersebut harus didasarkan pada
data-data yang bersifat inderawi. Materialisme atau juga bisa disebut dengan
naturalisme percaya bahwa setiap gejala bisa dijelaskan dalam hukum kausalitas,
hukum sebab akibat atau hukum stimulus respons. Perilaku manusia tidak
lain adalah akibat dari suatu sebab eksternal. Manusia berperilaku karena
adanya sesuatu sebab yang mendahuluinya (stimulus), yang menuntut untuk
diberikan respons atau reaksi.
Ilmu-ilmu alam seperti fisika, kimia, biologi, dan
kedokteran adalah suatu bentuk dari materialisme karena objek kajian ilmu-ilmu
alam sepenuhnya bersifat material sehingga bisa dijelaskan secara kausal dan
mekanis. Akan tetapi ilmu tentang manusia seperti sosiologi, psikologi juga
dikatakan materialisme, jika memiliki asumsi bahwa objek kajiannya yakni
perilaku manusia adalah materi yang menempati ruang dan waktu. Tokoh yang
terkenal dalam aliran ini adalah Ludwig Feuerbach.
Materi dapat dilihat dari
banyak cara yang berbeda- beda. Kadang-kadang kita berbicara tentang materi
barang sesuatu, dan secara sederhana yang dikehendaki adalah substansinya.
Dalam arti yang demikian ini, suatu barang secara sederhana berarti sesuatu
yang darinya barang tersebut terbuat. Dengan demikian makna yang lazim yang
dimaksud dengan istilah materi adalah menunjuk pada substansi yang khusus. Dalam
arti ini, materi adalah perkataan yang digunakan sebagai nama jenis substansi
yang mendasar dari alam fisik. Maksudnya dengan alam fisik di sini, adalah
bahwa lingkungan hal-hal yang menimbulkan pengalaman inderawi, yakni alam
objek-objek yang dapat merangsang alat alat kelengkapan indera kita. Dapat pula
dikatakan, cirri-ciri dasar dari materi ialah eksistensi, penempatan ruang,
kelambanan, gerakan, kepadatan dan lain sebagainya.
Dari penjelasan di atas,
dapat di simpulkan bahwa materialisme adalah aliran dalam filsafat yang
memandang bahwa segala sesuatu adalah realitas, dan realitas seluruhnya adalah
materi belaka. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena
adalah hasil interaksi material. Sesuatu dianggap ada apabila ia berupa materi
yang memiliki bentuk dan meliputi tiga dimensi ( panjang, lebar, padat ).
Dengan demikian materi adalah satu-satunya substansi. Semua berasal dan
berakhir dengan materi atau berasal dari gejala yang bersangkuatan dengan
materi.
Aliran materialisme tidak hanya di
terapkan atau dipelajari dalam ilmu filsafat, tetapi dalam kehidupan nyata. Banyak
orang yang mengadopsi aliran materialisme untuk menunjang hidupnya baik dari
kalangan atas maupun bawah, dari anak kecil hingga orang dewasa bahkan
laki-laki maupun perempuan pun ikut sertamerta. Hal tersebut sudah menjadi
sarapan bagi Negara Indonesia. Kenapa tidak? Mulai dari bidang politik,
ekonomi, sosial, pendidikan hingga kesejahteraan pun didalamnya terdapat
campurtangan matearialisme. Tidak heran kalau Negara Indonesia hanya menjadi
Negara berkembang yang hanya dapat berangan-angan menjadi Negara maju.
Salah
satu fenomena materialisme menurut macamnya yang terjadi saat ini adalah materialisme
metafisik yaitu sebagian orang yang memandang dunia secara sepotong-sepotong
atau dikotak-kotakan tidak menyeluruh dan statis. Hal tersebut dapat kita
jumpai dalam kehidupan bermasyarakat misalnya “ sekali maling tetap maling”, memandang
orang seperti sudah ditakdirkan dan tidak bisa berubah lagi. Sedangkan
materialisme dialetika yaitu seseorang yang memandang segala sesuatu saling
berhubungan dan perkembangan gejala-gejala yang berlaku secara objektif di
dalam alam semesta. Hal tersebut dapat kita jumpai dalam kehidupan misalnya
“bumi berputar terus, ada siang ada malam”, “habis gelap timbullah terang” dan
sebagainya. Semua pikiran ini menunjukkan bahwa dunia dan kehidupan kita
senantiasa berkembang.
Selain
materialisme menurut macamnya ada juga contoh-contoh materialisme yang ada di
Indonesia. Salah satu fenomena materialisme yang sering kita jumpai adalah kaum
perempuan yang selalu memandang segala sesuatu dari materi. Baik dalam memilih
teman maupun pasangan hidup. Bagi perempuan materi adalah satu-satunya sumber
kebahagiaan di dunia ini. Oleh sebab itu kaum perempuan yang hanya memandang
meteri biasanya mereka disebut perempuan matre. Tetapi pemikiran tersebut tidak
semuanya benar dan salah, kita sebagai kaum perempuan boleh berpandangan bahwa
materi adalah segalanya. Tetapi tidak semua yang berwujud materi itu dapat
membahagiakan kita, ada pula materi yang dapat menjerumuskan kita ke dalam
hal-hal yang negative. Sebaiknya kita sebagai perempuan yang cerdas bisa
memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk.
Selanjutnya
dalam bidang politik, dalam bidang ini materialisme sangat marak terjadi.
Contohnya pada pemilihan pemimpin di desa maupun di kota tidak terlepas dari
sangkut paut materi baik materi itu dalam bentuk sembako maupun uang. Hal ini
terjadi karena mereka hanya ingin menduduki kursi jabatan. Dalam memperebutkan
kursi tersebut banyak orang yang mengeluarkan ratusan juta bahkan miliaran.
Kenapa mereka mau melakukan hal itu sedangkan hal itu membutuhkan dana yang
sangat besar? Jawabanya tidak lain adalah “materi”. Karena orang yang nantinya
akan duduk di kursi tersebut telah memikirkan bagaimana caranya agar modal yang
ia keluarkan segera cepat-cepat tertutup. Pernahkah anda bertanya mengapa
orang-orang memilih mereka yang menduduki kursi tersebut, sedangkan kita tidak
mengetahui profil dari masing-masing calon pemimpin tersebut?. Jawabanya tidak
lain adalah “materi”. kenapa sih materi lagi???. Karena materi adalah sebuah
momok yang sangat hebat. Dia dapat membeli suara bahkan dengan materi dia dapat
mengatur kehidupan.
Sedangkan dalam dunia pendidikan implikasi aliran filsafat
pendidikan materialisme adalah Kedudukan siswa tidak ada kebebasan perilaku
ditentukan oleh kekuatan dari luar, pelajaran sudah dirancang, siswa dipersiapkan untuk hidup, mereka dituntut untuk belajar.
Dan guru memiliki kekuasaan untuk merancang dan mengontrol proses pendidikan,
guru dapat mengukur kualitas dan karakter hasil belajar siswa. Selain itu, dalam
dunia pendidikan terjadi diskriminasi antara orang kalangan bawah dengan orang
dari kalangan atas. Anak yang orang tuanya berada dikalangan bawah tidak mudah
untuk dapat sekolah di tempat yang bagus beda ceritanya dengan orang yang
berada di kalangan atas. Selain itu perlakuan yang diberikan kepada anak dari
kalangan bawah dengan anak dari kalangan atas sangatlah terlihat jelas
dibedakan (diistimewakan).
Selain materialisme di
lingkungan sekolah ada juga materialisme yang terjadi di bangku perkuliahan. Misalnya,
ijasah yang diperjual belikan. Maksudnya yaitu tidak semua orang yang memiliki
ijasah harus menempuh bangku perkuliahaan ada saja orang yang hanya lulusan
bangku sekolah dasar memiliki ijasah. Fenomena tersebut biasa kita jumpai pada
anggota-anggota dewan pemerintahan. Pantas saja Negara kita tidak pernah
menjadi Negara maju. Gimana tidak pemerintahan diatur oleh orang-orang yang
tidak berilmu dan berakhlak mulia.
Negara Indonesia tidak
akan terlepas dari sangkutpaut materialisme apalagi pada kaum perempuannya. Tetapi
kita dapat mencegahnya dengan cara menjadikan Pancasila sebagai pedoman hidup
kita. Dimana di dalam pancasila menjelaskan hal-hal yang positive yang akan
menghindarkan kita dari perilaku negative.
SUMBER
MATERI :
·
http://adib-gja.com/2012/04/25/materialisme/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar