Rabu, 17 Desember 2014

KEHIDUPAN MATERIALISME DI NEGARAKU


Materialisme adalah paham filsafat yang meyakini bahwa esensi kenyataan di dalamnya termasuk esensi manusia bersifat material atau fisik. Ciri utama dari kenyataan fisik atau material adalah bahwa ia menempati ruang dan waktu, memiliki keluasan, dan bersifat objektif. Materialis percaya bahwa tidak ada kekuatan apapun yang bersifat spiritual di balik gejala atau peristiwa yang bersifat material itu. Aliran materialis ini termasuk dalam aliran atheis atau tidak mengenal Tuhan. Dalam aliran ini pada dasarnya sama dengan aliran empirisme dalam filsafat, yaitu semua bentuk pengetahuan didasarkan dari pengalaman dan panca indera.
Dalam aliran materialisme, penjelasan tentang gejala yang belum diketahui tidak perlu dicari dalam dunia spiritual, karena menurutnya tidak ada dunia spiritual. Penjelasan tersebut harus didasarkan pada data-data yang bersifat inderawi. Materialisme atau juga bisa disebut dengan naturalisme percaya bahwa setiap gejala bisa dijelaskan dalam hukum kausalitas, hukum sebab akibat atau hukum stimulus respons. Perilaku manusia tidak lain adalah akibat dari suatu sebab eksternal. Manusia berperilaku karena adanya sesuatu sebab yang mendahuluinya (stimulus), yang menuntut untuk diberikan respons atau reaksi.
Ilmu-ilmu alam seperti fisika, kimia, biologi, dan kedokteran adalah suatu bentuk dari materialisme karena objek kajian ilmu-ilmu alam sepenuhnya bersifat material sehingga bisa dijelaskan secara kausal dan mekanis. Akan tetapi ilmu tentang manusia seperti sosiologi, psikologi juga dikatakan materialisme, jika memiliki asumsi bahwa objek kajiannya yakni perilaku manusia adalah materi yang menempati ruang dan waktu. Tokoh yang terkenal dalam aliran ini adalah Ludwig Feuerbach.
Materi dapat dilihat dari banyak cara yang berbeda- beda. Kadang-kadang kita berbicara tentang materi barang sesuatu, dan secara sederhana yang dikehendaki adalah substansinya. Dalam arti yang demikian ini, suatu barang secara sederhana berarti sesuatu yang darinya barang tersebut terbuat. Dengan demikian makna yang lazim yang dimaksud dengan istilah materi adalah menunjuk pada substansi yang khusus. Dalam arti ini, materi adalah perkataan yang digunakan sebagai nama jenis substansi yang mendasar dari alam fisik. Maksudnya dengan alam fisik di sini, adalah bahwa lingkungan hal-hal yang menimbulkan pengalaman inderawi, yakni alam objek-objek yang dapat merangsang alat alat kelengkapan indera kita. Dapat pula dikatakan, cirri-ciri dasar dari materi ialah eksistensi, penempatan ruang, kelambanan, gerakan, kepadatan dan lain sebagainya.
Dari penjelasan di atas, dapat di simpulkan bahwa materialisme adalah aliran dalam filsafat yang memandang bahwa segala sesuatu adalah realitas, dan realitas seluruhnya adalah materi belaka. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material. Sesuatu dianggap ada apabila ia berupa materi yang memiliki bentuk dan meliputi tiga dimensi ( panjang, lebar, padat ). Dengan demikian materi adalah satu-satunya substansi. Semua berasal dan berakhir dengan materi atau berasal dari gejala yang bersangkuatan dengan materi.
Aliran materialisme tidak hanya di terapkan atau dipelajari dalam ilmu filsafat, tetapi dalam kehidupan nyata. Banyak orang yang mengadopsi aliran materialisme untuk menunjang hidupnya baik dari kalangan atas maupun bawah, dari anak kecil hingga orang dewasa bahkan laki-laki maupun perempuan pun ikut sertamerta. Hal tersebut sudah menjadi sarapan bagi Negara Indonesia. Kenapa tidak? Mulai dari bidang politik, ekonomi, sosial, pendidikan hingga kesejahteraan pun didalamnya terdapat campurtangan matearialisme. Tidak heran kalau Negara Indonesia hanya menjadi Negara berkembang yang hanya dapat berangan-angan menjadi Negara maju.
Salah satu fenomena materialisme menurut macamnya yang terjadi saat ini adalah materialisme metafisik yaitu sebagian orang yang memandang dunia secara sepotong-sepotong atau dikotak-kotakan tidak menyeluruh dan statis. Hal tersebut dapat kita jumpai dalam kehidupan bermasyarakat misalnya “ sekali maling tetap maling”, memandang orang seperti sudah ditakdirkan dan tidak bisa berubah lagi. Sedangkan materialisme dialetika yaitu seseorang yang memandang segala sesuatu saling berhubungan dan perkembangan gejala-gejala yang berlaku secara objektif di dalam alam semesta. Hal tersebut dapat kita jumpai dalam kehidupan misalnya “bumi berputar terus, ada siang ada malam”, “habis gelap timbullah terang” dan sebagainya. Semua pikiran ini menunjukkan bahwa dunia dan kehidupan kita senantiasa berkembang.
Selain materialisme menurut macamnya ada juga contoh-contoh materialisme yang ada di Indonesia. Salah satu fenomena materialisme yang sering kita jumpai adalah kaum perempuan yang selalu memandang segala sesuatu dari materi. Baik dalam memilih teman maupun pasangan hidup. Bagi perempuan materi adalah satu-satunya sumber kebahagiaan di dunia ini. Oleh sebab itu kaum perempuan yang hanya memandang meteri biasanya mereka disebut perempuan matre. Tetapi pemikiran tersebut tidak semuanya benar dan salah, kita sebagai kaum perempuan boleh berpandangan bahwa materi adalah segalanya. Tetapi tidak semua yang berwujud materi itu dapat membahagiakan kita, ada pula materi yang dapat menjerumuskan kita ke dalam hal-hal yang negative. Sebaiknya kita sebagai perempuan yang cerdas bisa memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk.
Selanjutnya dalam bidang politik, dalam bidang ini materialisme sangat marak terjadi. Contohnya pada pemilihan pemimpin di desa maupun di kota tidak terlepas dari sangkut paut materi baik materi itu dalam bentuk sembako maupun uang. Hal ini terjadi karena mereka hanya ingin menduduki kursi jabatan. Dalam memperebutkan kursi tersebut banyak orang yang mengeluarkan ratusan juta bahkan miliaran. Kenapa mereka mau melakukan hal itu sedangkan hal itu membutuhkan dana yang sangat besar? Jawabanya tidak lain adalah “materi”. Karena orang yang nantinya akan duduk di kursi tersebut telah memikirkan bagaimana caranya agar modal yang ia keluarkan segera cepat-cepat tertutup. Pernahkah anda bertanya mengapa orang-orang memilih mereka yang menduduki kursi tersebut, sedangkan kita tidak mengetahui profil dari masing-masing calon pemimpin tersebut?. Jawabanya tidak lain adalah “materi”. kenapa sih materi lagi???. Karena materi adalah sebuah momok yang sangat hebat. Dia dapat membeli suara bahkan dengan materi dia dapat mengatur kehidupan.
Sedangkan dalam dunia pendidikan implikasi aliran filsafat pendidikan materialisme adalah Kedudukan siswa tidak ada kebebasan perilaku ditentukan oleh kekuatan dari luar, pelajaran sudah dirancang, siswa dipersiapkan untuk hidup, mereka dituntut untuk belajar. Dan guru memiliki kekuasaan untuk merancang dan mengontrol proses pendidikan, guru dapat mengukur kualitas dan karakter hasil belajar siswa. Selain itu, dalam dunia pendidikan terjadi diskriminasi antara orang kalangan bawah dengan orang dari kalangan atas. Anak yang orang tuanya berada dikalangan bawah tidak mudah untuk dapat sekolah di tempat yang bagus beda ceritanya dengan orang yang berada di kalangan atas. Selain itu perlakuan yang diberikan kepada anak dari kalangan bawah dengan anak dari kalangan atas sangatlah terlihat jelas dibedakan (diistimewakan).
Selain materialisme di lingkungan sekolah ada juga materialisme yang terjadi di bangku perkuliahan. Misalnya, ijasah yang diperjual belikan. Maksudnya yaitu tidak semua orang yang memiliki ijasah harus menempuh bangku perkuliahaan ada saja orang yang hanya lulusan bangku sekolah dasar memiliki ijasah. Fenomena tersebut biasa kita jumpai pada anggota-anggota dewan pemerintahan. Pantas saja Negara kita tidak pernah menjadi Negara maju. Gimana tidak pemerintahan diatur oleh orang-orang yang tidak berilmu dan berakhlak mulia.
Negara Indonesia tidak akan terlepas dari sangkutpaut materialisme apalagi pada kaum perempuannya. Tetapi kita dapat mencegahnya dengan cara menjadikan Pancasila sebagai pedoman hidup kita. Dimana di dalam pancasila menjelaskan hal-hal yang positive yang akan menghindarkan kita dari perilaku negative.
SUMBER MATERI :
·         http://adib-gja.com/2012/04/25/materialisme/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar