A. Pengertian
Filsafat Pendidikan
Eksistensi
suatu bangsa adalah eksis dengan ideologi atau filsafat hidupnya, maka demi
kelangsungan eksistensi itu dilakukan pewarisan nilai ideologi itu kepada
generasi selanjutnya. Jalan yang efektif untuk itu hanya melalui pendidikan,
kesadaran moral dan sikap mental yang menjadi kriteria manusia ideal dalam
sistem nilai suatu bangsa bersumber pada ajaran filsafat yang dianut. Untuk
menjamin supaya pendidikan itu benar dan prosesnya efektif, maka dibutuhkan
landasan filosofis dan landasan ilmiah sebagai asas normatif dan pedoman
pelaksanaan pembinaan.
Menurut
Hasan Langgulung, filsafat pendidikan merupakan teori atau ideologi pendidikan
yang muncul dari sikap filsafat seorang pendidik dari pengalaman-pengalaman dan
pendidikan. Jadi, filsafat pendidikan adalah ilmu pendidikan yang bersendikan
filsafat atau filsafat yang diterapkan dalam usaha pemikiran dan pemerahan
mengenai masalah pendidikan. Pendidikan adalah pelaksanaan dari ide filsafat.
Ide filsafat yang memberi kepastian bagi nilai peranan pendidikan. Seorang
filsuf Amerika, Jhon Deway mengatakan bahwa filsafat itu adalah teori umum dari
pendidikan, landasan dari semua pikiran mengenai pendidikan.
Filsafat
pendidikan juga dapat didefinisikan sebagai teori yang mendasari alam pikiran
ihwal pendidikan atau suatu kegiatan pendidikan yang memiliki tugas untuk
membawa para pelajar pada situasi ketika mereka secara cerdas menilai
tujuan-tujuan akhir alternatif, mengaitkan dengaan tujuan-tujuan yang
diinginkan, dan menyeleksi metode-metode pengajaran sesuai dengan tujuan.
Secara holistik, tugas filsafat pendidikan itu membantu para pendidik berpikir
secara bermakna tentang totalitas pendidikan dan proses hidup sehingga mereka
selalu berada dalam posisi yang tepat dan dapat mengembangkan program yang
konsisten serta menyeluruh sehingga para pelajar mampu menjadi diri manusia
yang berkualitas.
Filsafat
pendidikan adalah ilmu filsafat yang mengambil objek kajian tentang pendidikan.
Filsafat dikatakan sebagai induk atau ibu dari ilmu-ilmu karena filsafat
menguji ilmu-ilmu yang ada di bawahnya. Demikian juga dengan pendidikan,
pendidikan adalah ilmu yang lahir dari rahim filsafat, pendidikan bukanlah
suatu hal yang baru sehingga dapat diklaim sebagai temuan manusia modern,
tetapi pendidikan adalah sesuatu yang sudah lama ada bahkan setua usia filsafat
karena pendidikan merupakan bagian dari filsafat.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa filsafat pendidikan adalah filsafat terapan dimana cara
pandang filsafat masuk dan mengambil objek pendidikan sebagai materi kajiannya.
B. Peranan
Filsafat Pendidikan
Peranan
filsafat pendidikan dapat ditinjau dari tiga hal, yaitu:
1. Metafisika
Metafisika merupakan bagian filsafat yang
mempelajari masalah hakekat: hakekat dunia, hakekat manusia, termasuk di
dalamnya hakekat anak (dalam hal ini peserta didik). Metafisika secara praktis
akan menjadi persoalan utama dalam pendidikan. Karena anak bergaul dengan dunia
sekitarnya, maka ia memiliki dorongan yang kuat untuk memahami tentang segala
sesuatu yang ada. Memahami filsafat ini diperlukan secara implisit untuk
mengetahui tujuan pendidikan.
Seorang guru seharusnya tidak hanya tahu tentang
hakekat dunia dimana ia tinggal, tetapi harus tahu hakekat manusia, khususnya
hakekat anak yang menjadi peserta didiknya. Hakekat manusia yang perlu dipahami
dalam hal ini adalah:
(a) Manusia adalah makhluk jasmani rohani,
(b) Manusia adalah makhluk individual sosial,
(c) Manusia adalah makhluk yang bebas,
(d) Manusia adalah makhluk yang bersejarah.
2. Epistemologi
Kumpulan pertanyaan berikut yang berhubungan dengan
para guru adalah epistemologi. Pengetahuan apa yang benar? Bagaimana mengetahui
itu berlangsung? Bagaimana kita mengetahui bahwa kita mengetahui? Bagaimana
kita memutuskan antara dua pandangan pengetahuan yang berlawanan? Apakah
kebenaran itu konstan, ataukah kebenaran itu berubah dari situasi satu ke
situasi lainnya? dan akhirnya pengetahuan apakah yang paling berharga?.
Bagaimana menjawab pertanyaan epistemologis
tersebut, itu akan memiliki implikasi signifikan untuk pendekatan kurikulum dan
pengajaran. Pertama guru harus menentukan apa yang benar mengenai muatan yang
diajarkan, kemudian guru harus menentukan alat/media yang paling tepat untuk
membawa muatan ini bagi siswa. Meskipun ada banyak cara mengetahui, setidaknya
ada lima cara mengetahui sesuai dengan minat/kepentingan masing-masing guru,
yaitu mengetahui berdasarkan otoritas, wahyu Tuhan, empirisme, nalar, dan
intuisi.
Guru tidak hanya perlu mengetahui bagaimana siswa
memperoleh pengetahuan, melainkan juga bagaimana siswa belajar. Dengan demikian
epistemologi memberikan sumbangan bagi teori pendidikan dalam menentukan
kurikulum. Pengetahuan apa yang harus diberikan kepada anak dan bagaimana cara
untuk memperoleh pengetahuan tersebut, begitu juga bagaimana cara menyampaikan
pengetahuan tersebut.
3. Aksiologi
Cabang filsafat yang membahas nilai baik dan nilai
buruk, indah dan tidak indah, erat kaitannya dengan pendidikan, karena dunia
nilai akan selalu dipertimbangkan atau akan menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan
tujuan pendidikan. Langsung atau tidak langsung, nilai akan menentukan
perbuatan pendidikan. Nilai merupakan hubungan sosial. Pertanyaan-pertanyaan
aksiologis yang harus dijawab guru adalah: Nilai-nilai apa yang dikenalkan guru
kepada siswa untuk diadopsi? Nilai-nilai apa yang mengangkat manusia pada
ekspresi kemanusiaan yang tertinggi? Nilai-nilai apa yang bener-benar dipegang
orang yang benar-benar terdidik?.
Pada intinya aksiologi menyoroti fakta bahwa guru
memiliki suatu minat tidak hanya pada kuantitas pengetahuan yang diperoleh
siswa melainkan juga dalam kualitas kehidupan yang dimungkinkan karena
pengetahuan. Pengetahuan yang luas tidak dapat memberi keuntungan pada individu
jika ia tidak mampu menggunakan pengetahuan untuk kebaikan.
Filsafat pendidikan terdiri dari apa yang diyakini
seorang guru mengenai pendidikan, atau merupakan kumpulan prinsip yang
membimbing tindakan profesional guru. Setiap guru baik mengetahui atau tidak
memiliki suatu filsafat pendidikan, yaitu seperangkat keyakinan mengenai
bagaimana manusia belajar dan tumbuh serta apa yang harus manusia pelajari agar
dapat tinggal dalam kehidupan yang baik.
Filsafat pendidikan secara fital juga berhubungan dengan pengembangan semua aspek pengajaran. Dengan menempatkan filsafat pendidikan pada tataran praktis, para guru dapat menemukan berbagai pemecahan masalah pendidikan.
Filsafat pendidikan secara fital juga berhubungan dengan pengembangan semua aspek pengajaran. Dengan menempatkan filsafat pendidikan pada tataran praktis, para guru dapat menemukan berbagai pemecahan masalah pendidikan.
Terdapat hubungan yang kuat antara perilaku guru
dengan keyakinannya:
1. Keyakinan
mengenai pengajaran dan pembelajaran. Komponen penting filsafat pendidikan seorang
guru adalah bagaimana memandang pengajaran dan pembelajaran, dengan kata lain,
apa peran pokok guru? Sebagian guru memandang pengajaran sebagai sains, suatu
aktifitas kompleks. Sebagian lain memandang sebagai suatu seni, pertemuan yang
spontan, tidak berulang dan kreatif antara guru dan siswa. Yang lainnya lagi
memandang sebagai aktifitas sains dan seni. Berkenaan dengan pembelajaran,
sebagian guru menekankan pengalaman-pengalaman dan kognisi siswa, yang lainnya
menekankan perilaku siswa.
2. Keyakinan
mengenai siswa akan berpengaruh besar pada bagaimana guru mengajar? Seperti apa
siswa yang guru yakini, itu didasari pada pengalaman kehidupan unik guru.
Pandangan negatif terhadap siswa menampilkan hubungan guru-siswa pada ketakutan
dan penggunaan kekerasan tidak didasarkan kepercayaan dan kemanfaatan. Guru
yang memiliki pemikiran filsafat pendidikan mengetahui bahwa anak-anak berbeda
dalam kecenderungan untuk belajar dan tumbuh.
3. Keyakinan
mengenai pengetahuan berkaitan dengan bagaimana guru melaksanakan pengajaran.
Dengan filsafat pendidikan, guru akan dapat memandang pengetahuan secara
menyeluruh, tidak merupakan potongan-potongan kecil subyek atau fakta yang
terpisah.
4. Keyakinan
mengenai apa yang perlu diketahui, guru menginginkan para siswanya belajar
sebagai hasil dari usaha mereka, sekalipun masing-masing guru berbeda dalam
meyakini apa yang harus diajarkan.
C. Filsafat
dalam Pendidikan dan Manfaatnya
Secara
sederhana filsafat pendidikan ialah nilai dan keyakinan-keyakinan filosofis
yang menjiwai, mendasari dan memberikan identitas (karakteristik) suatu sistem
pendidikan. Artinya filsafat pendidikan adalah jiwa, roh dan kepribadian sistem
pendidikan nasional.
Sebagaimana
telah disampaikan di atas, eksistensi suatu bangsa adalah eksistensi dan ideologi
atau filsafat hidupnya, maka demi kelansungan eksistensi itu ialah dengan
mewariskan nilai-nilai ideologi itu kepada generasi selanjutnya. Adalah realita
bahwa jalan dan proses yang efektif untuk ini hanya melalui pendidikan. Setiap
masyarakat, setiap bangsa melaksanakan aktivitas pendidikan secara prinsipil
untuk membina kesadaran nilai-nilai filosofis nasional bangsa itu, baru sesudah
itu untuk pendidikan aspek-aspek pengetahuan dan kecakapan-kecakapan lain.
Pendidikan
sebagai suatu usaha membina dan mewariskan kebudayaan, mengemban satu kewajiban
yang luas dan menentukan prestasi suatu bangsa, bahkan tingkat sosio-budayanya.
Sehingga pendidikan bukanlah usaha dan aktivitas spekulatif semata-mata.
Pendidikan secara fundamental didasarkan atas asas-asas filosofis dan ilmiah
yang menjamin pencapaian tujuan yakni meningkatkan perkembangan sosio-budaya
bahkan martabat bangsa, kewibawaan dan kejayaan negara.
Sedangkan
filsafat pendidikan sesuai peranannya, merupakan landasan filosofis yang
menjiwai seluruh kebijaksanaan dan pelaksanaan pendidikan. Adapun hubungan
fungsional antara filsafat dan teori pendidikan dapat diuraikan :
1. Analisis
filsafat merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para ahli
pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan. Aliran filsafat tertentu
akan mempengaruhi dan memberikan bentuk serta corak tertentu terhadap
teori-teori pendidikan yang dikembangkan atas dasar aliran filsafat tersebut.
2. Filsafat
berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan ahlinya
dapat mempunyai relavansi dengan kehidupan nyata.
3. Filsafat
pendidikan mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dalam pengembangan
teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau paedagogik.
D. Fungsi
Pendidikan dalam Kehidupan Manusia sebagai Makhluk Biologis
Fungsi
Pendidikan dalam Hidup dan Kehidupan Manusia
Peranan pendidikan dalam hidup dan kehidupan manusia sangatlah penting, di mana pendidikan diakui sebagai satu kekuatan (education as power) yang menentukan prestasi dan produktivitas di bidang lain.
Peranan pendidikan dalam hidup dan kehidupan manusia sangatlah penting, di mana pendidikan diakui sebagai satu kekuatan (education as power) yang menentukan prestasi dan produktivitas di bidang lain.
Hubungan
dan interaksi sosial yang terjadi dalam proses pendidikan di masyarakat
mempengaruhi perkembangan kepribadian manusia.
Menurut Prof. Richey (dalam Djumransjah, 2004: 140), istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi yang luas mengenai pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat, terutama mengenai tanggungjawab bersama di dalam masyarakat. Jadi, pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas dari pada proses yang berlangsung di dalam sekolah. Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang memungkinkan masyarakat tetap ada dan berkembang.
Menurut Prof. Lodge (dalam Djumransjah, 2004: 142), kata pendidikan kadang dipakai dalam pengertian yang luas dan kadang dalam arti yang lebih sempit. Dalam pengertian luas, semua pengalaman dapat dikatakan sebagi pendidikan. Dalam pengertian yang lebih luas ini, hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah proses hidup dan kehidupan berjalan bersama, tidak terpisah satu dan yang lainnya karena berlangsung dalam proses bermasyarakat, sehingga tiap pribadi manusia terlibat dengan pengaruh pendidikan.
Menurut Prof. Richey (dalam Djumransjah, 2004: 140), istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi yang luas mengenai pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat, terutama mengenai tanggungjawab bersama di dalam masyarakat. Jadi, pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas dari pada proses yang berlangsung di dalam sekolah. Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang memungkinkan masyarakat tetap ada dan berkembang.
Menurut Prof. Lodge (dalam Djumransjah, 2004: 142), kata pendidikan kadang dipakai dalam pengertian yang luas dan kadang dalam arti yang lebih sempit. Dalam pengertian luas, semua pengalaman dapat dikatakan sebagi pendidikan. Dalam pengertian yang lebih luas ini, hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah proses hidup dan kehidupan berjalan bersama, tidak terpisah satu dan yang lainnya karena berlangsung dalam proses bermasyarakat, sehingga tiap pribadi manusia terlibat dengan pengaruh pendidikan.
Sedangkan
dalam pengertian yang lebih sempit, Lodge menguraikan bahwa pendidikan dibatasi
pada fungsi tertentu di dalam masyarakt yang terdiri atas penyerahan adat
istiadat (tradisi) dengan latar belakang sosialnya dengan pandangan hidup dari
masyarakat ke generasi berikutnya, dan demikian seterusnya.
Pendidikan
identik dengan sekolah, yaitu pengajaran formal dalam kondisi dan situasi yang
diatur, yang hanya menyangkut pribadi yang secara sukarela mengikutinya.
Kendati pun dalam kenyataannya pada masyarakat dan negara-negara maju serta
tiap-tiap warga negara dikenakan wajib belajar untuk tingkat-tingkat tertentu.
Hal ini merupakan perwujudan betapa urgensinya pendidikan bagi manusia.
Jika
diteliti lebih lanjut, aktivitas mendidik tentu harus ada materi yang
dididikkan yaitu yang disebut dengan ilmu pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan
berupa materi mengandung nilai didik. Adapun letak perbedaan antara nilai
pendidikan dan efek paedagogis suatu ilmu dan materi, pada hakikatnya hanya
tergantung kepada tujuan yang hendak dicapai sebagai tujuan akhir pendidikan.
E. Peranan
Lembaga Pendidikan
Adanya
lembaga-lembaga pendidikan sebenrnya merupakan jawaban manusia atas problema
perkembangan manusia itu sendiri. Jika pendidikan akan membina bentuk-bentuk
tertentu dengan tingkah laku tertentu, maka lembaga pendidikan menghendaki
perlakuan yang tertentu pula. Sekolah
adalah lembaga pendidikan yang penting setelah keluarga, yang berfungsi
membantu keluarga untuk mendidik anak-anak. Salah satu tugas pendidikan
anak-anak oleh orang tua, diserahkan kepada guru sebagai pendidik profesional
untuk memberikan ilmu pengetahuan, keterampilan dan disiplin ilmu lainnya kepada
anak.
F. Pendidikan
sebagai Suatu Keharusan Bagi Manusia Sebagai Makhluk Biologis
Dididik
dan mendidik adalah hal yang unik bagi makhluk manusia yang tidak dapat
disangkal lagi. Namun, kita juga sering mendengar bahwa istilah mendidik itu
juga dipergunakan dalam dunia kehewanan, seperti yang dikemukanan Prof. Lodge
dalam bukunya “Philosophy of education” mengatakan bahwa seekor anjing dapat
mendidik tuannya. Ungkapan Prof. Lodge tersebut dapat pula kita amati pada
seekor kucing. Seekor kucing yang beranak, menyusui anaknya dan membersihkan
anaknya dengan air ludahnya, seiring bertumbuhnya sang anak kucing dilatih
dengan berbagai macam gerakan, menerkam dan lari seperti induknya, setelah
besar dan bisa mencari makan sendiri barulah anak kucing itu dilepas oleh
induknya.
Contoh
tadi rupanya melatar belakangi pendapat Lodge bahwa binatang juga mendidik
anak-anaknya. Binatang juga memelihara, melindungi dan mengajarkan anak-anaknya
hingga mampu berdiri sendiri atau mandiri. Pertanyaanya adalah, samakah
pendidikan yang dilakukan oleh hewan tadi dengan manusia terhadap manusia
(orang tua kepada anaknya)? Jawabannya tentu tidak sama. Manusia tentu memiliki
kelebihan dari binatang, dimana binatang hanya mendidik anak-anaknya dengan
instingtif.
Tindakan
mendidik adalah hal yang khusus hanya terdapat dalam dunia “kemanusiaan”. Salah
satu ciri mendasar tentang gambaran manusia adalah manusia itu makhluk yang
harus dididik, dapat dididik dan dapat pula mendidik. Dr. M. J. Langeveld
melukiskan hal itu dengan kalimat singkat, animal educandum (manusia adalah
makhluk yang harus dididik), animal educable (manusia adalah makhluk yang dapat
dididik), dan Homo edocandus (manusia adalah makhluk yang dapat mendidik). Jika
direnungkan kembali dengan seksama, maka proses perkembangan hidup dan kehidupan
manusia tidak akan berkembang denngan baik tanpa bantuan, bimbingan dan
dorongan orang lain. Seorang bayi yang baru lahir dalam keadaan lemah dan tak
berdaya, dalam perkembangannya memerlukan bantuan orang lain, baik ibunya,
perawat atau orang lain yang memeliharanya. Jika anak tidak diberi makan dan
minum maka anak akan mall. Jika anak tidak diberi bimbingan dan pendidikan,
baik pendidikan jasmanai maupun rohani berupa pendidikan intelek, susila, dan
sosial, maka si anak tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya dan
tidak dapat memenuhi fungsinya sebagai manusia yang berguna dalam hidup dan
kehidupannya.
Dengan
kata lain, manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan, seperti yang
dikemukakan Immanuel Kant. Tanpa pendidikan manusia tidak akan menjadi manusia.
Pengangkatan harkat manusia ke arah insani itu hanya menjelma dalam semua
perbuatan mendidik. Hal ini telah dikenal luas dan dibenarkan oleh hasil-hasil
penyelidikan pada orang-orang yang terlantar dan menjadi liiar. Contohnya, Victor,
seorang anak liar yang tertangkap di Distrik Averyron Prancis Selatan pada
tahun 1799 dan Peter si anak liar, yang ditemukan dekat Kampala, Midnapur India
pada tahun 1920 oleh Mr. Singh. Kedua anak tersebut diasuh oleh serigala,
sehingga akibatnya segala gerak-gerik dan tingkah lakunya menyerupai serigala.
Contoh
tadi, merupkan bukti bahwa jika anak yang tidak memperoleh pendidikan, maka
kemampuan dasar yang dimilikinya tidak dapat tumbuh dan berkembang, baik
jasmani maupun rohani sebagaimana manusia pada umumnya.
Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa pendidikan itu berusaha untuk mengembangkan potensi-potensi manusia yang utuh, yang merupakan aspek-aspek kepribadian termaksud di dalamnya aspek individualitas, morlitas, seimbang antara kebutuhan jasmani dan rohani dan antara duniawi serta ukhrowi. Pada umumnya, manusia selalu ingin memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Tetapi, karena kehidupan ini selalu berubah sesuai dengan perkembangan sosial budaya sebagai ciri manusia modern yang tak pernah berhenti menaklukkan kondisi-kondisi lingkungan yang baru, maka kemampuan dan kebutuhan biologis, psikis, sosial, dan bersifat paedagogis semakin tampak bertambah. Pendidikan telah memberikan sumbangannya kepada nasib manusia dan masyarakat dari semua tahap perkembangannya dan tidak pernah berhenti berkembangan, untuk mendukung cita-cita kemanusiaan yang paling mulia. Dari sudut pandangan kebutuhan-kebutuhan manusia yang bersifat biologis, fisiologis, dan naluriah telah dibuktikan oleh peran yang dimainkan pendidikan dalam kelangsungan hidup umat manusia. Sejak zaman prasejarah, umat manusia dalam proses penyesuaian diri mereka terhadap berbagai cara hidup, mengatur hidup, dan menciptakan masyarakatnya untuk usaha bersama yang dimulai dari satuan keluarga dan suku primitif, kemudian terus maju dan memperoleh pengetahuan dan pengalaman. Dengan pendidikan, manusia mempelajari dan menyelidiki, serta menyatakan keinginan dan cita-citanya untuk memenuhi kebutuhan sebagai bekal hidup di hari depan.
Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa pendidikan itu berusaha untuk mengembangkan potensi-potensi manusia yang utuh, yang merupakan aspek-aspek kepribadian termaksud di dalamnya aspek individualitas, morlitas, seimbang antara kebutuhan jasmani dan rohani dan antara duniawi serta ukhrowi. Pada umumnya, manusia selalu ingin memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Tetapi, karena kehidupan ini selalu berubah sesuai dengan perkembangan sosial budaya sebagai ciri manusia modern yang tak pernah berhenti menaklukkan kondisi-kondisi lingkungan yang baru, maka kemampuan dan kebutuhan biologis, psikis, sosial, dan bersifat paedagogis semakin tampak bertambah. Pendidikan telah memberikan sumbangannya kepada nasib manusia dan masyarakat dari semua tahap perkembangannya dan tidak pernah berhenti berkembangan, untuk mendukung cita-cita kemanusiaan yang paling mulia. Dari sudut pandangan kebutuhan-kebutuhan manusia yang bersifat biologis, fisiologis, dan naluriah telah dibuktikan oleh peran yang dimainkan pendidikan dalam kelangsungan hidup umat manusia. Sejak zaman prasejarah, umat manusia dalam proses penyesuaian diri mereka terhadap berbagai cara hidup, mengatur hidup, dan menciptakan masyarakatnya untuk usaha bersama yang dimulai dari satuan keluarga dan suku primitif, kemudian terus maju dan memperoleh pengetahuan dan pengalaman. Dengan pendidikan, manusia mempelajari dan menyelidiki, serta menyatakan keinginan dan cita-citanya untuk memenuhi kebutuhan sebagai bekal hidup di hari depan.
Dengan
demikian, jelas kita menginginkan bahwa dunia ini menjadi sebuah tempat yang
lebih baik untuk persiapan masa depan, maka pendidikan merupakan hal yang utama
dan universal serta sebagai satu keharusan bagi manusia dalam mencapai
kesejahteraan hidupnya. Tercapainya kesejahteraan hidup adalah pemenuhan
kebutuhan dan keinginan manusia secara biologis yang diperoleh dari pendidikan
dan belajar. Dengan demikian, dapat dikatakan selama manusia berupaya untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan hidup sejahtera, maka pendidikan tetap menjadi
penentu dan menjadi satu keharusan (imperative) bagi manusia sebagai makhluk
biologis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar